Keputusan Muhammad Habibi melanjutkan pendidikan Magister Ilmu Pemerintahan UMY, sejak Februari 2018 silam membuahkan hasil maksimal, lulus dengan Predikat Terbaik, IPK 4.0 dari 845 wisudawan/wisudawati pada hajatan Wisuda, Vokasi, Sarjana dan Pascasarjana Periode III T.A 2019/2020 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang dihelat di Sportorium, Rabu (11/3/2020).
Habibi mengaku bahwa MIP UMY, adalah salah satu program studi terbaik yang mampu membuka ruang untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki mahasiswa.
“Suatu kebangaan menjadi bagian dari UMY, suasana kampus yang sangat mendukung para mahasiswanya untuk “berinteraksi” membangun ide dan gagasan di setiap waktu baik dalam maupun luar kelas. Suburnya peradaban untuk terus berpikir kritis, aktif dalam diskusi dan analisis kasus di kelas, serta dukungan kampus terhadap kegiatan yang bersifat akademis bagi mahasiswa membuat prestasi kita sebagai mahasiswa tergali dengan baik. Bagi saya program Magister Ilmu Pemerintahan bukan hanya memberikan sudut pandang baru tapi juga memberikan kesempatan yang sangat luas bagi mahasiwa untuk terus berkembang dan menggali potensi diri untuk kesejahtraan bangsa dan negara dengan tetap mengkedepankan norma dan nilai sebagai makhluk yang beradab”. tuturnya
Pria kelahiran Gresik, 6 November 1993 ini mematahkan mitos bahwa kaum difabel tidak mampu berbuat banyak dan cenderung patah semangat dalam meraih prestasi ditengah mayoritas kaum dan generasi muda yang nota benenya memiliki kesempurnaan fisik. Betapa tidak pria kutu buku ini, ikhlas kehilangan salah satu kakinya akibat musibah kecelakaan yang dialaminya 2 Tahun silam.
Dikutip dari laman https://www.sketsaunmul.co/, Habibi menceritakan kronologi kecelakaan yang menimpahnya, 4 September 2017, dalam perjalanan dari Sangatta Kota dimana ia tumbuh besar dan menuju Samarinda Kota tempat ia menuntut ilmu. Tidak seperti biasanya, ia bepergiaan pada pagi hari, namun kala itu, ia memulai perjalanan siang hari pukul 11.30 Wita. Menurutnya banyak hal janggal terjadi selama perjalanan, seperti diingatkan untuk berhenti sejenak, namun dengan beberapa pertimbangan ia tetap melanjutkan perjalanan hingga ke Samarinda dengan menempuh jarak sekitar 145 km. Di perbatasan Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur ia melihat seorang anak berkendara dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan dan hilang kendali saat menabrak jalan rusak. Tepat saat itu pula, motor yang dikendarai si anak terlempar tepat ke arah Habibi dan membuat tulang di sekitar engkel kakinya remuk. Selama 28 hari dirinya dirawat dan menjalani sebanyak tiga kali operasi. Namun, nahas, kakinya tidak berhasil diselamatkan dan harus menjalani amputasi pada 17 September 2017.
Kisah kelam itu tidak membuat dirinya berhenti melangkah justru ia bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup dan menghirup udara di dunia, bahkan ia menegaskan bahwa setiap langkah, saya selalu bersyukur.
Selain kecerdasan spiritual dan emosionalnya. Kecerdasan intelektual pria yang pernah mengenakan Almamater Universitas Mulawarman (UNMUL) ini juga terbukti saat dirinya melokoni dua bidang ilmu dan berhasil menyelesaikan double degree selama 3 Tahun 5 Bulan pada program studi yang berbeda yakni Program Studi Ilmu Pemerintahan (S.IP) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dan Program Studi Akuntansi (S.Ak) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dengan predikat sangat memuaskan.
Keputusan Habibi melakoni dua program akademik yang berbeda disiplin ilmu bukan tanpa alasan, dikutip dari laman https://kaltim.prokal.co/ dan https://www.sketsaunmul.co/ setidaknya ada tiga alasan mendasar sehingga ia memilih komparatif studi. Pertama yakni waktu, menurut waktu yang digunakan untuk jam kuliah tentu saja berbeda dengan di sekolah dulu. Alasan waktu ini yang membuat ia berpikir mengapa tidak mengambil dua program studi sekaligus., Kedua, tentu tidak sedikit mahasiswa yang merasakan salah jurusan. Ia juga merasakan hal yang demikian, ia merasa jurusan di Akuntansi kurang sesuai dengan passionnya. ia mengaku lebih menyukai dunia politik dan pemerintahan. Hal tersebut yang memperkuat keyakinannya untuk mengambil kembali Prodi Ilmu Pemerintahan setelah dua tahun menempuh pendidikan yang bergulat dengan keuangan, dan Ketiga, yaitu semangat untuk terus belajar dan rasa penasaran tentang hal-hal yang terjadi dalam dunia perpolitikan.
Kajian yang sama pun mengantarnya meraih gelar M.IP lewat Tesisnya yang berjudul Ijon Politik Izin Usaha Pertambangan Bentuk Patronase dan Klientelisme dalam Pemilukada Kalimantan Timur Tahun 2018
Jiwa jenius dalam kajian politik dan pemerintahan termotivasi dari salah satu pakar pemerintahan almarhum Taliziduhu Ndaraha dalam Buku Kybernologi yang menyebut Ilmu Pemerintahan adalah Ibu dari semua ilmu.
Menariknya Pria yang telah menyunting belahan jiwanya yang ber

Foto Muhammad Habibi di Gedung Pascasarjana UMY, (Rabu,11/3/2020)
profesi Dokter pada November 2019 lalu, di selah-selah kesibukannya dalam bidang akademik menjalani program double degree, ia pun aktif sebagai wartawan media dan koran nasional (KOMPAS), sembari mengembangkan kajian politik dan pemerintahan melalui laman pribadinya https://muhammadhabibi.net/. Selain itu, sederet prestasi yang ia torehkan, selama menyandang status mahasiswa, ikut aktif diberbagai lomba karya tulis ilmiah, bahkan pernah mewakili UNMUL dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional di Universitas Indonesia (UI) pada 2013 silam. Dia menjadi peserta termuda saat itu dan berhasil menyabet juara 3 nasional. Lomba menulis paper, esai, debat hingga business plan dilahapnya. Prinsipnya tidak ingin menjadi mahasiswa biasa-biasa saja dan tidak pulang dengan tangan hampa dari setiap lomba yang diikuti.
Semenjak aktif sebagai mahasiwa pada Program Magister Ilmu Pemerintahan UMY, sang Kutu Buku ini, juga aktif menulis diberbagai jurnal nasional antara lain Judul tulisannya Pengaruh Opini Audit dan Temuan Audit terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Timur, Analisis Politik Identitas Di Indonesia, Peran Uang dalam Penyelenggaraan Demokrasi Elektoral di Indonesia di Jurnal INA-Rxiv, kemudian Politik Anggaran Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Sosial Calon Kepala Daerah Incumbent Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2015 di Kota Samarinda, serta Politics of the Discretionary Fund Before and During the 2015 Regional Head General Elections in Samarinda City, dan saat mengikuti Konferensi Nasional ke-8 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (APPPTMA) di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Tahun 2018 dirinya berhasil meraih penghargaan sebagai Presenter Terbaik dari 131 Peserta, di tahun yang sama ia pun mengikuti seleksi Rekrutmen Calon Pegewai Negeri Sipil (CPNS) dan berhasil melawati semua tahapan hingga akhirnya saat ini adalah tahun kedua menjalani karir sebagai ASN di Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia (BAWASLU RI) sebagai Analis Pemilihan Umum.
Manajemen waktu yang baik, ia buktikan saat kesibukannya dalam mengawasi dan mengelola sengitnya pertarungan Pilpres dan Pileg Tahun 2019, nyatanya tidak mengabaikan kewajibannya sebagai Mahasiswa MIP UMY dalam artian karir birokrasi jalan tanggung jawab akademik pun berjalan.
Prestasi akademik dan pengalaman, maka Habibi patut disebut sebagai figur muda, menginspirasi genernasi muda lainnya terutama mahasiswa dalam meraih prestasi
#Selamat untuk Muhammad Habibi, S. IP., S. Ak., M. IP. Inspiring Youth Figure
…..tulisan ini juga terbit di laman JKSG UMY 11 Maret 2020….